Sponsor

Info Seputar Mayong Jepara

Info Berita Seputar Mayong dan juga Sejarah desa desa di Mayong dan sekitarnya

    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Desa
    • Info Terkini
    • Documentasi
    • Download
  • Downloads
    • Dvd
    • Games
    • Software
      • Office
  • Sejarah Desa
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Info Terkini
  • Dokumentasi
    • Foto
    • Video
  • Uncategorized

Wednesday, November 21, 2018

Empu Supo K. H ABDULLAH ABDUL GHONI atau EYANG MERTO

 Admin     November 21, 2018     1 comment   

Sebagai penguasa untuk wilayah Jepara, Demak, Kudus, dan Pati. Mendapat tugas untuk mencari Sendang Pengasihan, setelah mengadakan penelusuran Sendang Pancuran inilah yang dimaksud dengan Sendang Pengasihan. Di Sendang ini Empu Supo bersuci dan bersujud, Sendang tersebut juga menjadi tempat istirahat tentara Demak dan LEMAH DUWUR (sebelah Sendang) dijadikan sebagai tempat untuk menempa senjata Dari sinilah nama Pancoran kemudian menjadi nama Desa Pancur. Untuk menjaga tentara dan warga dari serangan musuh, jalan menuju Sendang diberi Azimat agar musuh menjadi luluh, tempat tersebut terkenal dengan nama Kali wuluh, kemudian di utara Kali wuluh (perbatasan antara desa Raguklampitan dengan Pancur) di beri Azimat oleh Empu Supo untuk menangkal musuh, tempat tersebut diberi nama Kali Panean dari kata mani’ dalam bahasa arab artinya mencegah/menangkal.
Dalam lintasan sejarah, desa Pancur telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Menurut penuturan warga, kampong (baca: desa) ini dulunya termasuk desa yang kramat dan setiap orang yang tinggal selalu meninggal, akhirnya Syekh Subakir mengutus Mbah Ronggo Jiwo disertai dengan Nyai Ratu Gondo Sari dan Nyai Ratu Dewi Seruni Mbah Ronggo Jiwo dimakamkan di Makamdo’a, Dewi Ayu Seruni dimakamkan di Kali Totok dan Nyai Ratu Gondo Sari dimakamkan di Kedung Gambir.
Dalam lintasan perjalanan menuju kampong Pancur, bagi orang yang tidak baik akan luluh dan di tangkal di Kali Panean, dalam perjalanan spiritual menuju hidup yang lebih baik jiwa harus ditotokke (dengan cara bertaubat) dalam perjalanan spiritual berikutnya ke Makam Do’a orang harus senantiyasa berdzikir, berdo’a dan senantiyasa berharap kepada Allah SWT, perjalanan berikutnya menuju Kedung Gambir, Kedung Gambir sendiri mengandung filosofi “orang kalau ingin kaya, alim harus gambir/pahit atau prihatin, riyadloh dulu”. Dalam menuju kebersihan jiwa/hati bersuci di Sendang (tabarrukan di petilasan Empu Supo) untuk menyinarkan energy positif dan menyirnakan energi negative (tahalli, takholli, tajalli) dalam perjalanan berikutnya proses penghambaan dengan Sholat dan kholwat di Masjid Wali Kenduren. Masjid tersebut adalah Masjid Pertama peninggalan Eyang Merto dan Syekh Baladah atau Syekh Baghdad dari Demak ( kerabat dari Ki Ageng Selo/Moyangnya Raja-Raja Mataram). Dengan Masjid tersebut adalah (tunggak Jati Pancur) diharapkan sebagai kegiatan untuk mensyiarkan Agama Islam di Kampung Pancur. Nama kenduren di ambil dari nama desa di Demak tempat tinggalnya Mbah Kedah (kerabat dari Syekh Baladah) yang pernah singgah di Pancur dalam pencarian kerabatnya (Syekh Baladah) dan diberi tanah di kampong Pancur yang diberi nama tanah Kenduren yang dijadikan sebagai tempat untuk Masjid.
Di kenduren sendiri ada tanah yang diberi nama tanah Pancur. Dari sinilah awal persaudaraan antara warga Pancur dengan warga Kenduren, Mbah Kedah juga diberi Bende (gong kecil) peninggalan Mbah Ronggo Jiwo yang ada di Kedung Gambir, bende ini setiap musim kemarau panjang dipinjam warga Pancur untuk upacara ADUS CENDOL di daerah kali Randobango Pancur, agar pada musim kemarau diberi hujan. Dalam perjalanan spiritual berikutnya adalah mengingat bahwa hanya kepada Allah tempat kita mohon perlindungan, pertolongan dan tempat kembali, berziarah ke Makam Syekh Baladah Kalisawah, Makam Pakis Adji Mbah Abdul Ghoni, Makam Mbah Eyang Merto dan Mbah KH. Hasan Kafrawi. Mbah Hasan Kafrawi adalah keturunan dari Sultan Banten dan Pateh Cerbon, yang meneruskan perjuangan Mbah Syeh Baladah dan Eyang Merto, dalam perjuangannya Mbah Hasanb Kafrawi (tabarrukan pucak masjid wali kenduren) untuk dijadikan sebagai pucak Masjid di Tamansari.
Hal ini dikuatkan oleh hasil riyadloh Mbah H. Muhadi bahwa kelima tokoh tersebut adalah akal bakal Desa Pancur. Menurut Ky. Masyudi Syekh Baladah, Eyang Merto, dan Empu Supo adalah utusan Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pancur. Syekh Baladah sebagai Imam Masjid Wali, Eyang Merto sebagai muadzin, dan Empu Supo sebagai keamanan.
Sejarah Singkat Tentang Empu Supo Anom (Raden Djoko Supo) dan Terbentuknya Sendang Kanoman di Desa Pancur jepara – Tampil selalu cantik atau ganteng dan terus terlihat muda, selalu diidam-idamkan banyak orang. Maka tak heran ada ribuan orang yang berdatangan dan tumpah ruah di Belik Sendang Kanoman yang ada di Desa Pancur, Kecamatan Mayong, Jepara.
Terutama saat malam 1 Syuro. Ribuan orang dari berbagai daerah rela berdesak-desakan untuk sekadar bisa mandi atau membasuh muka menggunakan air dari belik atau sendang (mata air) tersebut. Seperti malam satu Syuro Tak peduli lelaki, perempuan, tua, muda, bahkan anak-anak, rela berdesakan demi mencari berkah dari air di belik itu. Belik Sendang Kanoman. Mereka mempercayai air dari belik tersebut bisa membuat awet muda. Tak hanya warga dari Jepara saja, namun juga tak sedikit warga dari kabupaten tetangga seperti Kudus dan lainnya, juga ikut berdatangan.
Warga menyakini, air di belik yang berada di kawasan Rt.35 Rw.06 Suwang Lor Dukuh Tamansari, Pancur tersebut merupakan air abadi, lantaran tak pernah surut ataupun kering, meskipun kekeringan melanda. Mereka meyakini mitos yang selama beredar di masyarakat jika air di belik tersebut mampu menjadi obat awet muda.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sejarah Mbah Datuk Gurnadi Singorojo Mayong Jepara

 Admin     November 21, 2018     No comments   

Jarang yang mengetahuinya jika hubungan Buleleng, Bali dengan Jepara sudah terjalin ratusan tahun silam. Menurut catatan sejarah, Kerajaan Buleleng yang berada di wilayah Pantai Utara Bali mulai muncul tahun 1660-an, dengan pemimpin kharismatis Ki Barak Panji Sakti, yang berdarah Majapahit. Aktivitas perdagangan lewat laut pun ditengarai berlangsung di wilayah yang sebelumnya dikenal sebagai Den Bukit itu.


Suasana Haul Mbah Datuk Singorojo Mayong

Jepara sebagai kadipaten yang bervisi maritim di Pantai Utara Pulau Jawa pada masanya juga mengandalkan perdagangan lewat pelabuhan.  Hingga memasuki era pemerintahan Belanda, aktivitas pelabuhan itu berangsur meredup.

Jejak Buleleng dengan Jepara melekat pada sosok yang diyakini sebagai cikal bakal desa dan diabadikan jadi nama desa di Mayong, Jepara, itu adalah Mbah Datuk Singorojo (hidup tahun 1500-1600 an Masehi). Nama desanya juga Singorojo (sesuai penyebutan ala lidah Jawa, Singorojo, bukan Singaraja). Sebuah desa yang cukup tua. Sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Sosok yang sangat berpengaruh di tiga kecamatan di Jepara. Yakni kecamatan Mayong, Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Kedung. Ratusan tahun lalu, banyak pengikutnya dari ketiga kecamatan tersebut. Bahkan pengaruhnya hingga ke luar Jepara, yakni Kudus.

Jejak Ki Datuk Singorojo
Bagi warga di Troso, Pecangaan, Jepara masih terlihat dan setidaknya sejumlah jejak masa lampau memang masih ada dan terasa. Di Troso misalnya, keterangan yang didapat pun serupa. Bahwa mendiang adalah tokoh yang datang dari Bali. Tepatnya dari wilayah utara Pulau Dewata, Buleleng, Singaraja. Ia diyakini sebagai orang yang mengembangkan kerajinan tenun di wilayah Jawa Tengah ujung utara itu.

Versi kedatangan pun beragam. Versi legenda menyebutkan bahwa Datung Singorojo datang dari Bali dengan naik layangan besar dari Bali dan jatuh di kawasan Pantai Teluk Awur, Jepara. Ada juga yang menyebut kedatangannya naik gentong bersama saudara kembarnya, Ida Gurnada. Tapi Gurnada kembali lagi ke Bali.

Mbah Datuk adalah seorang waliyullah yang juga punya nama sebutan Datuk Gurnadi. Ada yang menyebut Gusti Gurnadi dan Ida Gurnadi. Itu adalah nama sesinglon atau samaran. Gurnadi disebut-sebut sebagai kependekan dari “guru nadi” (guru keutamaan/ pengajar kebajikan).

Ida Gurnadi atau Mbah Datuk Singorojo ini di wilayah Mayong dikenal sebagai penakluk kawanan pengacau keamanan, pengikut Arya Penangsang. Pasca Arya Penangsang atau Arya Jipang terbunuh oleh Danang Sutowijoyo pada akhir periode 1.500-an atau awal tahun 1.600-an, pengikutnya membuat kerusuhan di wilayah Jepara dan Pati. Peredam kerusuhan itu adalah Mbah Datuk Singorojo.

Masjid Datuk Ampel Troso
Selain itu, Masjid Datuk Ampel Troso, Pecangaan menjadi masjid peninggalan Datuk Singorojo. Tempat ibadah itu saat ini sudah direhab beberapa kali dan tampak begitu megah. Masjid tersebut adalah bukti bahwa Mbah Datuk itu seorang ulama yang memang bekerja keras untuk kemajuan wilayah ini. Selain megah, masjid dengan 12 pilar besar itu tampak bersih dan terawat.


Masjid Ampel Datuk Troso

Dari 12 pilar masjid itu, 4 di antaranya adalah pilar asli yang sekarang sudah dibalut beton cor semen. Pilar atau tiang atau soko guru penyangga itu disebut-sebut berbahan kayu jati yang terpotong-potong (tatal), yang kemudian disusun ulang seperti puzzle dengan bangun simetris pengunci. Mirip tiang penyangga Masjid Agung Demak.

Sedikit tentang Jepara, Kadipaten Jepara sendiri yang merupakan wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Demak, setelah era kerajaan Majapahit, punya pelabuhan laut yang besar. Penguasa Demak, juga adipati Jepara saat itu, Ratu Kalinyamat pun keturunan Majapahit.

Pelabuhan Jepara pada saat itu adalah salah satu pelabuhan terbesar di Nusantara. Karena posisi Kesultanan Demak yang tidak di pinggir laut, maka kekuatan armada lautnya ada di pesisir Jepara. Dipimpin Nyai Ratu Kalinyamat.

Hubungan perdagangan Jepara dengan wilayah lain di Nusantara, termasuk dengan Buleleng pun diperkirakan sudah terjalin saat itu.

Masa lalu Jepara bisa dijumpai dalam catatan sejarah asing. Seperti  riwayat  era Ratu Kalinyamat yang disebut penulis buku Da Asia, yakni De Coutu. Dalam buku itu, De Coutu menguraikan sebuah pembahasan, berjudul Rainha de Jepara, Senhora Poderosa e Rica, yang mengisahkan ratu atau adipati Jepara seorang perempuan yang punya kekuasaan besar.

Bukti kebesaran Kadipaten Jepara di bawah Kesultanan Demak antara lain terlihat  tahun 1550 dan 1574 M. Yakni ketika membantu perjuangan Kesultanan Malaka, Malaysia. Jepara membantu menyerang Portugis di Malaka, sekarang bagian wilayah Malaysia. Portugis sendiri mulai datang di Malaka tahun 1511 M.


Kasultanan Demak

Disebutkan juga bahwa pada tahun 1550 Ratu Kalinyamat mengirimkan armada tempur angkatan lautnya. Tak kurang 40 kapal perang dikirim beserta prajurit berkemampuan khusus sebanyak 200-an orang. Tahun 1574 ia juga menyerang Portugis  di Malaka bersama 15.000 personel pasukan, 300 kapal perang dan 80 buah jung besar (kapal perang raksasa) . Tapi, akhirnya kalah karena strategi yang tidak efektif dan jumlah pasukan Portugis lebih besar.


Ratu Kalinyamat

Dengan segala kemampuan pemerintahnya di bidang kelautan, Ratu Kalinyamat berpulang. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa penguasa Jepara ini meninggal tahun 1579 Masehi. Setelah kemangkatan Ratu Kalinyamat, maka kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada putra angkatnya, Pangeran Jepara, yaitu putra Raja Hasanuddin dari Banten. Tapi, banyak terjadi pemberontakan di Pajang.

Pasang surut kekuasaan pun terjadi. Patron Kadipaten Jepara, Kerajaan Pajang, akhirnya juga runtuh pada tahun 1578. Hal ini berpengaruh kepada Jepara, yang pada tahun 1600-an tidak lagi sehebat tahun 1500-an. Paling tidak, kekuatan militer seperti era 1500-an sudah tidak ada lagi.

Kedatangan Datuk Singorojo sendiri diperkirakan pada masa kerajaan Mataram yang berdiri tahun 1586. Mataram lebih muda dari era Kesultanan Demak, yang berdiri sekitar tahun 1478 hingga tahun 1568.  Ini antara lain adanya cerita bahwa era Ida Gurnadi ini adalah bersamaan dengan era Raden Ayu Roro Semangkin, yang merupakan anak asuh Ratu Kalinyamat.

Ki Datuk Singorojo sempat berperang dengan Raden Ayu Mas Semangkin, yang kemudian lebih dikenal Ibu Mas, di Mayong Lor, Jepara. Raden Ayu Mas adalah puteri kedua dari Pangeran Haryo Bagus Mukmin atau Sunan Prawoto. 

Lokasi Makam mbah Datu singorojo

Alamat:
Singorojo, Mayong, Jepara Regency, Central Java 59465, Indonesia
Koordinat: -6.7392075, 110.7671418 

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Menghidupkan kembali Stasiun Kereta Api Semarang Demak, Kudus, Mayong,Pati.

 Admin     November 21, 2018     No comments   

Menteri Perhubungan IgnasiusJonan ingin sekali membuat pulau-pulau di Indonesia terkoneksi melalui kereta api 5 tahun ke depan, PT KAI Daops VI Yogyakarta mewacanakan untuk membuka kembali jalur Yogyakarta – Magelang. Stasiun Mayong, Kudus, Demak hidup kembali?


Transportasi massal, khususnya transportasi darat yang aman dan nyaman harus segera diwujudkan. Bukan di Jakarta saja, tapi seluruh Indonesia. Volume kendaraan pribadi membludak tak terbendung. Sulit diikuti, mustahil diimbangi dengan pertambahan panjang dan lebar jalan aspal. Macet tambah parah dimana-mana, membuat tidak produktif, stress dan pemborosan. Issu BBM yang terus saja muncul, harga rajin naik jarang turun. Angka kecelakaan juga tinggi, jalanan seolah menjadi killing field, ladang pembantaian, mengerikan dan menakutkan.
Beragam masalah transportasi darat seperti benang kusut, yang semakin hari bertambah rumit. Diperlukan langkah kerja yang keras, cerdas dan tuntas. Salah satunya adalah tersedianya transportasi massal yang terjangkau, aman dan nyaman. Jakarta dan beberapa kota besar sudah merintis adanya bustrans, yang lumayan nyaman dan aman. Kereta api dalam kota Jakarta, dan kereta api antar kota besar di Jawa sudah menggeliat bersolek, mulai berusaha melayani dengan hati para penumpangnya. Daerah lain, kota kabupaten dan desa menunggu dan iri ingin juga akan tersedianya transportasi massal yang aman dan nyaman.


Jalanan kota kabupaten dan desa sekarang setiap hari seperti masa kampanye, iring-iringan motor roda dua begitu padat, memenuhijalan, berisik, polusi udara dan suara. Menyulitkan penyeberang jalan, menunggu jeda sepi jalan dari lalu lalang kendaraan bermotor sangat lama. Roda dua menjadi pilihan paling mungkin untuk beraktifitas bagi semua golongan, kredit murah dan ketika mau bepergian dan mau naik kendaran umum sangat lama menunggunya, waktunya tidak pasti dan jauh dari kata aman dan nyaman.
Berkhayal, di kota kabupaten ada transportasi massal kereta api. Kereta api menjadi opsi yang begitu menyenangkan. Dan ini sebenarnya bisa diwujudkan, walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus serius dan konsisten. Karena ternyata dalam catatan sejarahnya jalur atau rel kereta api, misalnya di Jawa Tengah saja sudah ada sejak dulu. Tinggal kemauan dari pemerintah dan didukung penuh oleh masyarakat.
Jejak stasiun dan rel kereta di Demak, Kudus, Mayong Jepara sampai sekarang masih ada. Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Semarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS) yang membuka jalur Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana (sekarang Juwana). Setelah itu, pada 5 Mei 1895 perusahaan tersebut menambah jalurnya ke timur yakni membuka jalur Kudus-Mayong-Pecangaan. 1 Mei 1900, menambah jalur kereta api ke barat hingga mencapai Rembang dan Lasem. Pada tahun itu juga, 10 November SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute Mayong-Welahan.
Stasiun Mayong Jepara dalam salah satu tulisan RA. Kartini sudah disinggung, merupakan salah satu stasiun tertua di Jawa. Yang unik dari bangunan stasiun itu adalah keseluruhannya terbuat dari kayu jati. Ironis, kini bangunan stasiun itu sudah dipindahkan oleh investor akhir tahun 1990-an. Bangunan Stasiun Mayong sekarang ditempatkan di Hotel MesaStila, Magelang. Berubah fungsi menjadi lobi hotel dan resepsionis. Masih beruntung tidak menjadi kayu bakar.
Bangunan Stasiun Demak juga masih berdiri, stasiun ini dulu merupakan stasiun besar yang melayani kereta api lokal percabangan antarkota. Dari stasiun Demak bila ke timur menuju Kudus, ke barat menuju ke Semarang, dan ke selatan menuju Purwodadi. Akan tetapi jalur dan stasiun ini ditutup pada dekade 1970an karena saat itu jalan dilebar, mobil pun makin banyak. Stasiun Demak saat ini difungsikan sebagai kafe/rumah makan.
Stasiun Kudus mati sejak tahun 1980, penumpang turun drastis karena pelebaran jalan dan makin banyaknya kendaraan pribadi. Akhirnya stasiun ini d non-aktifkan. Saat ini Stasiun Kudus berubah fungsi menjadi pasar tradisional Wergu. Ketika kereta masih beroperasi, stasiun Kudus merupakan stasiun percabangan. Kalau ke timur menuju Pati, ke barat menuju Demak, dan ke utara menuju Mayong.
Melihat dan membaca sejarah kereta api di Jalur Pantura, khususnya Jawa Tengah sudah begitu jelas akan vitalnya transportasi massal dalam bentuk kereta api sejak lama. Keberadaan kereta api menjadi alat yang sangat membantu menghubungkan antar daerah, menunjang aktifitas dan lalu lintas dalam banyak bidang, khusunya distribusi ekonomi. Kereta api sudah sepantasnya dihidupkan lagi, direaktivitasi lagi sebagai salah satu solusi menjawab kebutuhan masyarakat akan tersediannya transportasi massal yang aman dan nyaman. Dan hal itu tidak mustahil untuk diwujudkan.
Pemerintah sekarang, dalam APBN-P2015 anggaran infrastruktur, kereta api ternyata menjadi anggaran yang paling besar, angkanya hampir mencapai Rp 20 triliun. Di bawah komando Menhub Jonan, yang telah berhasil memoles PT. KAI, pemerintah punya cita-cita besar akan membuat pulau-pulau di Indonesia terkoneksi melalui kereta api 5 tahun ke depan. Kereta api bukan monopoli di pulau jawa saja, Jonan merencanakan membangun kereta api Sumatera, kemudian Kalimantan, Pontianak dan Balikpapan. Sulawesi, Manado, sampai Makassar. Papua, Sorong, sampai Manokwari yang pertama dibangun, beriringan dengan keputusannya membatalkan megaproyek kereta api supercepat Jakarta-Surabaya. Asas pemerataan dan keadilan pembangunan sebagai alasan.
PT KAI Daops IV Yogyakarta juga sudah mewacanakan untuk membuka kembali jalur (reaktivitasi) Yogyakarta – Magelang. Pemerintah menargetkan rencana menghidupkan kembali jalur lama kereta api Semarang-Yogyakarta tahap pertama, yakni Tuntang-Kedungjati rampung pada tahun 2015.
Keinginan menghidupkan kembali jalu-jalur kereta api yang sudah lama mati memang tidak mudah, tidak juga murah. Selain banyaknya stasiun yang sudah rusak dan beralih fungsi, juga jalur-jalur relnya hamper 70% tertimbun tanah dan aspal. Lahannya juga berubah menjadi pemukiman penduduk, pertokoaan dan lain-lain. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang matang, biaya yang mahal dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan segera menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api (KA) yang terlantar sejak puluhan tahun silam di wilayah Jateng.
Setidaknya saat ini ada sebanyak 11 jalur KA sepanjang 646 kilometer di Jateng non aktif dan berpotensi diaktifkan kembali untuk menunjang lalu lintas barang dan penumpang seiring besarnya pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Keniscayaan, model transportasi kereta api antar kota antar daerah akan jadi opsi tepat ditengah padatnya jalur lalu lintas darat, impian adanya traansportasi massal yang aman dan nyaman akan terwujud. Semoga.

Sumber : https://www.kompasiana.com/emshofi/54f3428b745513992b6c6df5/reaktivitasi-stasiun-demak-kudus-mayong-mustahilkah

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Mulai 1 desember 2018 kereta smarang purwokerto solo beroperasi

 Admin     November 21, 2018     No comments   

Mulai 1 Desember, *Numpak Sepur Pwkerto-Tegal-Semarang-Solo-Yogja-Pwkerto*

PT Kereta Api Indonesia (Persero) segera meluncurkan KA komuter, yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara melingkar (loop), kata Manajer Humas PT KAI Daop 5 Purwokerto Supriyanto. "Rencananya KA komuter dengan Purwokerto-Yogyakarta-Solo-Semarang-Tegal-Purwokerto dan sebaliknya ini rencananya akan diluncurkan pada 1 Desember 2018," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu malam (14/11/2018).


Menurut dia, pengoperasian KA komuter tersebut ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat di wilayah selatan Jateng yang akan ke Semarang atau kota-kota di wilayah pantai utara dan sebaliknya dengan menggunakan jasa kereta api. Dalam hal ini, warga Kabupaten Cilacap yang hendak ke Semarang dengan menggunakan kereta api bisa naik dari Stasiun Kroya sehingga tidak perlu ke Purwokerto lebih dulu.

Kendati demikian, Supriyanto mengaku belum mengetahui secara pasti nama yang akan digunakan untuk KA komuter tersebut. "Kami masih menunggu kabar lebih lanjut dari Kantor Pusat PT KAI (Persero) mengenai nama KA komuter tersebut termasuk stasiun awal pemberangkatannya, apakah akan diberangkatkan dari Daop 5 Purwokerto ataukah dari Daop 6 Yogyakarta," katanya.

Dia mengharapkan kehadiran KA komuter "loop" Jateng-DIY tersebut dapat menambah pilihan moda transportasi massal bagi masyarakat yang hendak bepergian untuk keperluan wisata, pekerjaan, pendidikan, dan lainnya. Disinggung mengenai persiapan PT KAI Daop 5 Purwokerto dalam menghadapi liburan akhir tahun, dia mengatakan hal itu merupakan kegiatan rutin.

Menurut dia, KA komuter "loop" Jateng-DIY yang rencananya akan diluncurkan pada 1 Desember 2018 itu juga disiapkan dalam rangka liburan akhir tahun. "Tiket KA-KA reguler untuk liburan akhir tahun sudah mulai dijual, sementara tidak ada penambahan dan ketersediaannya masih cukup banyak karena suasananya tidak seperti saat Lebaran," katanya.

Selain itu, kata dia, prasarana pendukung kelancaran perjalanan kereta api seperti jalur rel dan persinyalan juga terus dipantau karena saat sekarang sudah memasuki musim hujan.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Monday, November 19, 2018

Motor vs motor korban MD

 Admin     November 19, 2018     No comments   

Telah terjadi kecelakaan antara motor vs motor di ngipik pancur mayong. Kejadian pagi tadi sekitar jam 6.45, saat ini sudah ditangani oleh polsek mayong dan korban sudah dilarikan ke RSU Kartini untuk penyidikan lebih lanjut . Keluarga korban pun sudah di hubungi oleh pihak berwajib




Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sunday, November 18, 2018

Taman Edukasi Desa Pancur Sebagai Kujungan Wisata

 Admin     November 18, 2018     No comments   

Wisata pendidikan, bisa juga disebut sebagai anjangkarya adalah suatu kegiatan atau perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga terdapat aktivitas edukasi atau pendidikan didalamnya. Ada banyak kegiatan wisata edukasi yang bisa di lakukan khususnya bagi anak-anak yang masih membutuh pembelajaran akan dunia luar.
sedangkan penjelasan secara mendalam Wisata Edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang memiliki nilai tambah edukasi, tidak sekedar berwisata, tetapi juga memiliki tujuan untuk menambah nilai-nilai edukasi atau pendidikan bagi wisatawan. Wisata edukasi sebuah kegiatan yang umumnya dilakukan oleh institusi pendidikan, seperti sekolah-sekolah maupun institusi pendidikan lainnnya.

Wisata edukasi atau wisata pendidikan bertujuan untuk :                                      meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas peserta kegiatan wisata. Biasanya tujuan wisata edukasi adalah tempat-tempat yang memiliki nilai tambah sebagai sebuah area wisata,seperti kawasan perkebunan, kebun binatang, tempat penangkaran hewan langka, pusat-pusat penelitian dan lain sebagainya.
Kunjunan wisata dan Out Boñd dari PAUD KB BINA SIWI RAJEKWESI di taman edukasi desa pancur . Untuk meningkatkan kreatifitas anak -anak dalam mengenalkan lingkungan. Belajar sambil mengenal alam sekitar. Bermain dialam bebas dan terbuka.

Paud KB Bina Siwi berada di DESA RAJEKWESI RT. 01 RW. 03, Rajekwesi, Kec. Mayong, Kab. Jepara  desa sebelahan dengan desa pancur. Taman Edukasi ini terbuka untuk Umum bisa menjadi minat yang baik bagi anak anak di sekitar kecamatan Mayong.

Taman Edukasi Desa Pancur terletak di Belakang Balaidesa Pancur dan profil lengkapnya bisa di baca di https://infomayong.blogspot.com/2018/11/taman-edukasi-desa-pancur.html

Sementara Gratis Untuk semua kalangan ayo segera berkunjung ke Taman Edukasi desa Pancur Mayong Jepara




Paud KB Bina Siwi Rajekwesi




Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Potensi Wisata Desa Bungu Yang Terabaikan

 Admin     November 18, 2018     No comments   

SUROLOYO Air Terjun Alami yang Melegenda 

Salah satu yang menarik untuk dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Suroloyo . Air terjun ini terletak di Desa  Bungu, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara atau 36 km dari pusat kota Jepara. Air Terjun Suroloyo adalah salah satu dari sekian air terjun yang ada di kabupaten Jepara yang masih asri dan masih sedikit masyarakat yang mengetahui , terkecuali masyarakat sekitar .
Untuk mencapai air terjun yang mempunyai tinggi +- 10 meter ini harus ditempuh dengan berjalan kaki dan aksesnya cukup susah. Kendaraan yang dibawa baik mobil ataupun motor bisa dititipkan kepada penduduk sekitar . Untuk rute mencapai air terjun ini agak susah dan aksesnya pun tidak begitu banyak. Akses menuju air terjun Suroloyo bisa bisa melalui desa Pancur atau melaui desa Datar – desa Bandung – desa Pule. Dari perempatan lampu lalu lintas Mayong menuju ke utara terus. Sampai pertigaan yang dekat Puskesmas Pembantu Mayong di Pancur ambil lurus, setelah itu ada pertigaan lagi ambil yang belok ke kanan, tujuan kearah Sreni Indah. Sesampainya disana kita diwajibkan untuk  bertanya kepada masyarakat sekitar supaya tidak tersesat, karena air terjun tersebut lokasinya tersembunyi.
Panorama alam sekitar dan air terjun yang terbilang masih “perawan” ini memiliki pemandangan yang sangat indah . Air nya sangat segar dan bening mengalir deras dimusim penghujan seperti ini. Hanya saja akses untuk meuju ketempat tersebut memang sedikit butuh pengorbanan . Jika mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan warga sekitar untuk dikelola dengan baik tempat ini pasti bakal banyak dikunjungi wisatawan yang akan menjadikan income tersendiri untuk desa setempat maupun daerah .
Tapi inget yah , jika mau berkunjung ke air terjun Suroloyo ini selalu mengutamakan keselamatan dan menjaga kebersihan . Jangan buang sampah sembarangan serta jangan vandalisme . Karena Air terjun tersebut merupakan sumber mata air yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Desa Bungu dan sekitarnya .



Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Friday, November 16, 2018

Pemanfaatan Dana Desa agar Bisa berkembang

 Admin     November 16, 2018     No comments   


Desa desa di wilayah kecamatan mayong sangat berpotensi untuk dijadikan tempat tempat wisata edukasi, wisata alam,wisata religi ,wisata budaya , wisata buah dan juga wisata uji nyali. Sangat memungkinkan di wujudkan bila dana desa yang didapat dimanfatkan dengan baik dan transparan. Dua desa di atas misal kan

Desa Pancur : 
Sangat cocok untuk wisata alam nya wisata air terjun juga ada wisata buah Durian yang    sekarang baru musim , buah rambutan juga banyak pete jengkol dan juga pisang , tapi  sangat sayang belum di manfaatkan para pemerintah desa setempat untuk dijadikan wisata  buah ,edukasi, alam dan lain lain .



Desa Bungu :
Desa yang sangat cocok untuk wisata Alam nya, View nya sangat baik dan juga hasil buminya pun sangat melimpah ruah terutama Durian yang punya ciri khas durian Bungu yang sangat pahit tapi nikmat bagi penikmat durian ini adalah durian yang sangat unggul dan sangat istimewa 


Penampakan durian asal desa bungu

Dana desa yang sudah sangat besar bila dimanfaatkan dengan baik maka hasilnya juga akan baik pula


Dari pemanfaatan Dana Desa, pemerintah juga mendapat pengembalian dari bisnis yang dikembangkan. Pengembalian itu berupa pajak penghasilan, penataan daerah wisata yang menambah pendapatan asli daerah, dan pemasukan dari devisa.

"Jadi Dana Desa itu hanya pemicu untuk desa-desa berkembang. Ada juga desa yang dapat mengekspor hasil kerajinan tangan, seperti kain tenun dari Nusa Tenggara Timur. Kain tenunnya menjadi komoditi ekspor yang bernilai," lanjut Bonny.

Bonny mengakui banyak desa yang telah menyumbangkan pendapatan tahunan hingga miliaran rupiah melalui pemberdayaan BUMDes. Berikut daftar sepuluh desa itu yang menyumbang pendapatan tahunan terbesar, yaitu:

1. Desa: Ponggok
   Kabupaten: Klaten, Jawa Tengah
   Bisnis yang dikembangkan: kolam renang dan wisata
   Pendapatan tahunan: Rp10,3 miliar

2. Desa: Tirtinirmolo
   Kabupaten: Bantul, DIY
   Bisnis yang dikembangkan: simpan pinjam
   Pendapatan tahunan: Rp8,7 miliar

3. Desa: Tajun
   Kabupaten: Buleleng, Bali
   Bisnis yang dikembangkan: wisata
   Pendapatan tahunan: Rp5,18 miliar

4. Desa: Karang Kandri
   Kabupaten: Cilacap, Jateng
   Bisnis yang dikembangkan: pembangkit listrik tenaga uap
   Pendapatan tahunan: Rp3 miliar

5. Desa: Kampar
   Kabupaten: Rokan Hulu, Riau
   Bisnis yang dikembangkan: pertanian dan simpan pinjam
   Pendapatan tahunan: Rp3 miliar

6. Desa: Bleberan
   Kabupaten: Gunungkidul, DIY
   Bisnis yang dikembangkan: wisata
   Pendapatan tahunan: Rp2 miliar

7. Desa: Landih
   Kabupaten: Bangli, Jawa Timur
   Bisnis yang dikembangkan: pertanian
   Pendapatan tahunan: Rp1,6 miliar

8. Desa: Pakisan
   Kabupaten: Buleleng, Bali
   Bisnis yang dikembangkan: wisata
   Pendapatan tahunan: Rp1,4 miliar

9. Desa: Kedungprimpen
   Kabupaten: Bojonegoro, Jatim
   Bisnis yang dikembangkan: sewa pompa dan tenda
   Pendapatan tahunan: Rp1,3 miliar

10. Desa: Tunjung
   Kabupaten: Buleleng, Bali
   Bisnis yang dikembangkan: wisata
   Pendapatan tahunan: Rp1,3 miliar.




http://news.metrotvnews.com/daerah/ObzqOBeN-sepuluh-desa-dianggap-paling-sukses-manfaatkan-dana-desa

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Rumah tertimpa pohon rambutan di bate alit

 Admin     November 16, 2018     No comments   

Sebuah rumah rusak tertimpa pohon rambutan yang tumbang setelah hujan disertai angin kencang di Desa Batealit, Kecamatan Batealit, Jum’at (16/11/2018) pukul 17:35 WIB
Setelah mendapkan informasi bahwa terjadi pohon tumbang di Desa Batealit, Kecamatan Batealit. BPBD Jepara bergerak cepat  untuk melakukan  pemangkasan / pemotongan pohon rambutan yang berukuran 30 s.d  40 cm, dan tinggi 9 meter.
Dampak yang ditimbulkan dalam kejadian tersebut, pohon menimpa bagian sisi kiri rumah milik Bapak Nor Afif warga Desa Batealit Rt. 18 Rw. 04 Kec. Batealit, kerusakan meliputi atap ruang tamu dan tiga kamar mengalami kebocor dan juga menimpa jaringan listrik.
Dalam kejadian tersebut dilaporkan tidak ada korban jiwa.







Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Thursday, November 8, 2018

Srtuktur Organisasi Pemerintahan Desa Bungu

 Admin     November 08, 2018     No comments   


Struktur2

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Wednesday, November 7, 2018

PETILASAN MBAH KLINTING WESI BENJARAN BUNGU JEPARA

 Admin     November 07, 2018     1 comment   

Petilasan/Pesarehan Mbah Klinting berada di Dukuh Benjaran RT.03 Rw.03 Desa Bungu , kecamatan  Mayong , kabupaten Jepara. Petilasan/Pesarehan ini berada di dipinggiran Belik/sumber air/sungai/kali di dukuh  Benjaran yang dahulunya banyak pohon rindang dan sejuk serta sumber mata air yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci, pengairan sawah bahkan dahulu untuk memandikan heewan ternak.

Dikisahkan bahwa Mbah Klinting ini adalah seorang laki-laki  yang mempunyai sellir  yang bernama Mbah Sapinah. Beliau adalah termasuk cikal bakal di Dusun Benjaran,  Pagir dan Gondang di Desa Bungu.

Selain itu ada Mbah Jomblo yang dipercayai masyarakat bahwa
Mbah Waris Penglawang Ke-IV
   

Makam/Pesarehann
ya terletak di Dukuh Tumut diwilayah Pemakaman Muslim Masyarakat saat ini. Dan Mbah Batur Sari Makam/Pesarehannya  terletak di persawahan Lembah Timur Dukuh Tumut dan Utara Dukuh Gendon yang tepatnya dibawah kaki gunung Gundil dan Gunung Saptorenggo.

Ketiga tokoh cikal bakal dukuh Benjaran, Pagir, Gondang, Tumut dan Gendhon adalah Mbah Klinting, Mbah Jomblo dan Mbah Buyut Batur Sari.


Masyarakat sekitar biasanya memperingati/Khaul/Pundenan saling berutan mulai dari Mbah Jomblo Tumut – Mbah Buyut Batur sari Nglembah/Lembah kemudian terakhir Mbah Klinting Benjaran. 

Adapun  Pundenan/Khaul/memperingati Mbah Klinting jatuh pada hari Senin Pahing Bulan Ruwah/Rajab pada bulan akhir setiap tahunnya. Namun bila pada bulan Ruwah/Rajab tidak mendapati hari Senin Pahing  maka biasanya ditaruh pada bulan ke- 10 atau bulan ke- 11dalam perhitungan Jawa.

Mbah Waris mendapatkan informasi ini dari cerita Penglawang-penglawang sebelumnya dan tirakatan termasuk mbah waris di beri informasi langsung oleh Mbah Klinting melalui mimpi. 

Dalam Mimpi mbah Waris “ Mbah Klinting dan Mbah Sapinah akan meninggalkan tempat tersebut akan tetapi mbah waris meminta agar Mbah Klinting dan Mbah Sapinah tetap di Belik Benjaran dan Akhirnya Mbah Klinting Mau tetap di Belik benjaran dan  minta dibuatkan Cungkup ( Rumah kecil yang ada diatas makam )”.

BERPOTENSI WISATA

Adanya kedekatan Sejarah Masyarakat Jawa kususnya warga Bungu, berpotensi menumbuhkan kawasan wisata baru di Bungu, yaitu wisata keagamaan. Alasannya, ketika masyarakat banyak yang berziarah. Hal ini dikarenakan beberapa hal, pertama, dapat menambah alternatif kawasan wisata di Bungu selain Air Terjun Nganjok dan Air Terjun Suralaya maupun pemandangan kekayaan Alam maka yang terpenting adalah menginformasikan kepada masyarakat  Bungu dan sekitarnya tentang sejarah Dukuh mereka yang belum banyak diketahui.
PETILASAN SAAT DI BERSIHKAN


Sudah saatnya gagasan ini harus didukung oleh semua fihak, terutama warga Bungu demi terwujudnya sebuah kawasan wisata Alam di Desa Bungu. Hal ini dapat menambah citra baik Desa Bungu, Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, sebagai kota Ukir, sekaligus sebagai Kota Wisata Alam.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Tuesday, November 6, 2018

Bodho Apem didesa desa kecamatan Mayong

 Admin     November 06, 2018     No comments   

Bodho apem bagi sebagian warga di desa desa kecamatan mayong dilaksanakan pada rabu pungkasan biasanya pada syukuran membaca surat yasin sambil membawa apem yang dibuat oleh warga warga sekitar. Apem sebenarnya berasal dari bahasa Arab, afuan/ afuwwun, yang berarti ampunan


Istilah apem sebenarnya berasal dari bahasa Arab, afuan/ afuwwun, yang berarti ampunan. Jadi, dalam filosofi Jawa, kue ini merupakan simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan. Namun, karena orang Jawa menyederhanakan bahasa Arab tersebut, maka disebutlah apem.

Berkaitan dengan penggunaan makna tersebut, masyarakat Jawa terutama di kecamatan mayong biasanya membuat apem saat menjelang bulan puasa atau Ramadan. Inilah yang disebut tradisi megengan. Megengan berasal dari bahasa Jawa 'megeng' yang berarti menahan diri, bisa diartikan sebagai puasa itu sendiri. 

Nah, kue apem dibuat untuk dibawa ke surau, musala, atau masjid. Setelah berdoa bersama, kue apem dibagi kepada para tetangga atau mereka yang kurang beruntung. Sehingga bisa dikatakan, kue ini juga sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap rezeki yang sudah kita dapatkan. 

Bahkan, apem sebagai simbol rasa bersyukur juga dibuat ketika prosesi Tingalan Dalem Jumenengan ke-24 Sri Sultan Hamengku Buwono X (Peringatan Kenaikan Takhta Sultan HB X) dalam memimpin Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 2012. 

Di Cirebon, kue apem dimaknai sebagai kue kebersamaan. Pasalnya, dalam masyarakat Cirebon, kue ini dibuat ketika bulan Safar (bulan ke-2 dalam kalender Hijriyah) untuk dibagikan kepada para tetangga secara gratis. Menunjukkan bahwa masyarakat saling membantu dengan sarana kue apem tersebut. Selain itu, kue putih agak kecokelakatan dan cukup kenyal ini dimaknai sebagai penolak bala oleh masyarakat Kota Udang ini.

Secara garis besar, makna filosofi kue apem di kalangan masyarakat Jawa itu sama. Termasuk orang-orang Madura, khususnya Sumenep, yang memiliki tradisi apeman. Cara pembuatannya pun sama. Maknanya juga hampir sama, menunjukkan adanya tali silaturahmi karena nantinya juga dibagikan kepada tetangga atau santri (bila di lingkungan pesantren). Waktu pelaksanaan pembuatannya pun juga pada saat menjelang bulan puasa. 

Lantas, bila ditarik mundur melihat sejarah, ada legenda yang menuturkan bahwa kue apem ini bermula pada zaman Sunan Kalijaga, salah seorang wali sanga. Adalah Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng, murid Sunan Kalijaga, yang waktu itu baru pulang ibadah haji dan melihat penduduk Desa Jatinom, daerah Klaten, kelaparan. 

Beliau membuat kue apem lalu dibagikan kepada penduduk yang kelaparan sambil mengajak mereka mengucapkan lafal dzikir Qowiyyu (Allah Maha Kuat). Para penduduk itu pun menjadi kenyang. Hal inilah yang memotivasi penduduk setempat untuk terus menghidupkan tradisi upacara Ya Qowiyyu setiap bulan Safar.





Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Newer Posts Older Posts Home

Popular Posts

  • Asal Usul Desa Mayong Kidul
    Asal - Usul Desa Mayong Kidul Asal –usul Desa Mayong bermula dari cerita Ratu Kalinyamat dan suaminya yang pergi ke kudus menemui Sunan K...
  • Sejarah Desa Tigajuru
    Sejarah Desa Tigajuru Tigajuru merupakan salah satu diwilayah Kerajaan Kalinyamat pada waktu itu. Dipimpin oleh seorang ratu bernama Ra...
  • Asal Usul Desa Kuanyar
    Asal Usul Desa Kuanyar Hubungan peristiwa ini dengan asal muasal Desa Kuanyar adalah, bahwa pada saat itu Ratu Kalinyamat mempunyai pen...

Recent Posts

Ads 728x90

Categories

  • Demo
  • Dokter
  • Mayong
  • Pelajar
  • Sejarah Jepara
  • SMK Mayong
  • Zainatul Hayat

Unordered List

3/Beach/post-list

Pages

  • Home

Iklan

Blog Archive

  • February 2021 (2)
  • January 2021 (1)
  • April 2020 (3)
  • March 2020 (1)
  • February 2020 (1)
  • January 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • August 2019 (1)
  • July 2019 (3)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (13)
  • April 2019 (6)
  • March 2019 (9)
  • February 2019 (7)
  • January 2019 (6)
  • December 2018 (12)
  • November 2018 (16)
  • October 2018 (15)

Sample Text

Untuk Informasi berita dan juga info terupdate dari Mayong bisa kontak Admin

Tel: +01 19 9876-54321

Email: info@mayong.com

Copyright © Info Seputar Mayong Jepara | Powered by Admin
Design by Info Mayong | Theme by SMKNet.id | Distributed By SMKNet Templates