Sponsor

Info Seputar Mayong Jepara

Info Berita Seputar Mayong dan juga Sejarah desa desa di Mayong dan sekitarnya

    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Desa
    • Info Terkini
    • Documentasi
    • Download
  • Downloads
    • Dvd
    • Games
    • Software
      • Office
  • Sejarah Desa
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Info Terkini
  • Dokumentasi
    • Foto
    • Video
  • Uncategorized

Tuesday, October 30, 2018

Demo buruh minta UMK jepara Rp 2 juta perbulan

 Admin     October 30, 2018     No comments   






Ribuan buruh di jepara melakukan demo di depan pendopo kabupaten jepara selasa (30/10/2018). Mereka meminta UMK jepara 2019 naik 15 persen yakni Rp 2.000.264 atau sesuai kebutuhan hidup layak (KHL).
.
Seperti di ketahui dalam rapat dewan pengupahan kabupaten jepara senin kemarin Dewan Pengupahan kabupaten jepara dan pengusaha menyepakati penghitungan UMK Jepara 2018 Rp 1.879.031. Perhitungan tersebut mengacu pada PP 78, naik 8,03 persen dari UMK tahun ini. Sementara dari serikat buruh jepara meminta UMK jepara 2019 Rp.2000.264 alias sesuai dari survei kebutuhan hidup layak (KHL). Akhirnya rapat dewan pengupahan menemui jalan buntu.
.
Nantinya kedua usulan UMK tersebut akan di serahkan ke gubernur jawa tengah sebelum tanggal 5 november 2018. Untuk di putuskan besaran UMK tahun 2019

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Saturday, October 27, 2018

Potensi Desa Bungu

 Admin     October 27, 2018     No comments   

Bungu, Mayong, Jepara

Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Somosari, Sebelah selatan Berbatasan dengan Desa Bandung dan Desa Bategede. Pada sebelah timur berbatasan dengan Desa Somosari, Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pancur.
Desa Bungu terdiri dari beberapa Dukuh, yaitu:
  • Pagir
  • Benjaran
  • Gondang
  • Tumut
  • Gendhon
  • Gherit
  • Nganjir
  • Sekutut
  • Segrobok
  • Krajan
  • Bugo
Desa Bungu terdiri dari 4 RW, dan 20 RT, yaitu:
  • RW 01 = RT 1 sampai RT 6
  • RW 02 = RT 1 sampai RT 9
  • RW 03 = RT 1 sampai RT 5
  • RW 04 = RT 1 Sampai RT 4
Struktur pemdes Bungu periode 2014-2019:
  • Kepala Desa = Hartoyo
  • Sekretaris (Carik) = -
  • Bendahara = -
  • Tata Usaha = -
  • Modin =  Ahmad Zudi
  • Ladu = -
  • Bayan = -
  • Kamituwo = -
  • Ketua BUMDes = -
  • Komandan Hansip (Petengan)= -

Pariwisata

  • Air Terjun Suroloyo

  • Air Terjun Nganjhok
  • Air Terjun Mbunthong
  • Gunung Gundhil
  • Gunung Sapto Renggo
  • Monkey Forest

  • Kali Bogo



Desa Bungu sangat berpotensi sebagai Desa Wisata, karena disini terdapat beberapa tempat wisata yaitu Air Terjun Suroloyo dan Monyet Ekor Panjang di tambah lagi lokasi Desa Bungu yang sejuk dan indah sangat bisa dijadikan Desa Wisata seperti yang sudah dilakukan oleh Desa Plajan dan Desa Tempur yang kini menjadi Desa Wisata di Jepara.

Petinggi Desa Bungu, Kepala Dukuh, Ketua RW, Ketua RT, dan Masyarakat Desa Bungu bekerjasama dengan bergotong-royong membangun akses jalan ke Air Terjun Suroloyo secara swadaya. Seperti yang telah dilakukan masyarakat Desa Plajan yang membangun potensi wisata secara swadaya masyarakat, sampai akhirnya sekarang Desa Plajanmenjadi desa wisata dan banyak pengunjung yang berlibur ke Desa Plajan. Petinggi Desa Bungu, Kepala Dukuh, Ketua RW, Ketua Rt, dan Masyarakat Desa Bungu bekerja sama dengan bergotong-royong membangun akses jalan yang baik menuju Air Terjun Suroloyo, membangun fasilitas pendukung seperti Anjungan/ Gazebo/ Tempat Untuk Istirahat, dll. Apabila Desa Bungu berhasil membuka jalan aspal menuju Air Terjun Suroloyo maka tingkat perekonomian masyarakat Desa bungu bisa meningkatkan ekonomi warga karena dengan menjual makanan, jasa, dll, warga bisa sejahtera.

Pemerintahan Desa bungu sudah mulai berbenah dengan dibangunnya jalan utama warganya yang menuju ke desa pancur dan ke kecamatan mayong


Jalan akses ke desa Bungu



Petinggi Bungu Pak Hartoyo

Sentra Sentra yang akan di galakkan di desa Bungu diantaranya :
Sentra Kemiri

Saat ini sedang panen raya kemiri di Desa bungu yang perkilonya bisa mencapai 15 sampai 50 rb tergantung permintaan pasar . Selain Kemiri Bungu juga mempunyai Duren yang sangat Enak yang warnanya hijau tapi dalemnya berwarna kuning 

Sentra Durian Asli Jepara


Sudah di galakkan penanaman bibit bibit Durian lokal dan dikembangkan di desa bungu untuk sebagai tempat destinasi wisata buah durian lokal yang pahit dan manis

Sentra Rambutan

Rambutan disetiap rumah warga desa bungu pasti ada lebih dari satu pohon potensi ini yang akan dikembangkan oleh pemerintah desa agar bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke desa bungu



Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Thursday, October 25, 2018

Longsor di Desa bungu aktifitas warga lumpuh

 Admin     October 25, 2018     1 comment   

Kejadian tadi malam 26/10/2018 bukan karena hujan tetapi karena pengairan sawah ( Mbayoni ) dalam istilah jawanya Airnya jadi meluap dan meyebabkan tanggul sawahnya jebol dan juga pohon pinggir jalannya tumbang sehingga menutupi jalan akses masuk desa bungu. Pemerintah desa bungu sudah sigap akan bencana longsor yang menutupi jalan agar bisa di lalui kembali esok hari. Pak petinggi Bungu ( Pak Hartoyo ) terjun langsung ke lokasi dan menjadi driver alat berat sendiri 



Pohon yang menghalangi akses jalan ke desa bungu 


Saat ini aparat pemerintahannya sudah sigap dan juga pak petingginya sendiri langsung terjun ke lokasi dan mengerahkan armada cakrunya untuk menyingkirkan tanah yang menghalangi akses jalan aktifitas warganya


Banyak warga bungu juga membantu untuk evakuasi tanah yang meghalangi akses jalan aktifitas warga agar besok pagi bisa di lalui kembali 


Longsor bukan akibat hujan tadi sore tetapi karena pengairan sawah warga yang titak terkontrol dengan baik dan mengakibatkan longsor dan pohon tumbang 


Video lengkapnya di sini 

Di laporkan Admin Info sekitar Mayong 26/10/2018 

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sunday, October 21, 2018

Macetnya Mayong Ku dikala Pagi

 Admin     October 21, 2018     No comments   



Kemacetan panjang yang disebabkan kepadatan arus lalu lintas yang terjadi mulai pertigaan Gotri hingga Mayong tiap pagi sering dikeluhkan oleh pengguna jalan. Jam masuk kerja yang berbarengan di sejumlah pabrik di kawasan itu disinyalir menjadi pemicu kemacetan yang mulai terjadi dalam setahun ini. Untuk itu, Pemkab Jepara berencana mengatur jam masuk kerja di beberapa perusahaan di kawasan itu. Hal ini disampaikan oleh Sekda Jepara, Sholih




Menurut Sholih, jam masuk kerja akan diatur tidak berbarengan. Sehingga kepadatan pengguna jalan yang didominasi buruh pabrik itu bisa sedikit terurai. “Nanti akan kita atur jam masuknya, ada yang mulai pukul 06.30, ada yang pukul 07.00 dan seterusnya, karena selain sesama buruh, di jam- jam itu juga berbarengan dengan anak sekolah sehingga semakin padat,” kata Sholih.



Lebih lanjut Sholih mengatakan, selain mengatur jam masuk kerja, yang perlu segera dilakukan juga melebarkan jalan di kawasan itu, baik jalan nasional maupun jalan kabupatennya. “Jalan juga harus dilebarkan, karena sudah tidak mampu lagi menampung pengguna jalan yang ada,” jelasnya.
Sebenarnya kemacetan di sekitar Mayong, kata Sholih, bukan suatu problem tetapi suatu karunia. Namun harus diatasi. “Kita bersyukur juga ada kemacetan, artinya aktivitas ekonomi di Jepara berjalan dengan baik,” imbuhnya.



Di kawasan itu, kata Sholih, kini juga masih ada kekurangan banyak tenaga kerja.  Di kawasan Mayong dan sekitarnya dalam beberapa tahun ini menjelma menjadi kawasan industri, mulai dari perusahaan garmen, sepatu hingga kabel berdiri di wilayah itu. “Tingkat pengangguran di Jepara ini yang terkecil di eks karesidenan Pati. Sedangkan kemiskinan terkecil kedua dibawah Kudus,” tandasnya.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sejarah Desa Pancur

 Admin     October 21, 2018     No comments   

SEJARAH DESA PANCUR
Desa Pancur adalah salah satu desa di kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. sendiri mempunyai sejarah yang luar biasa, asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadirin oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Pancur sebagai bagian dari wilayah Jepara, menurut catatan para sesepuh desa Pancur, asal nama Pancur sendiri berasal dari perkataan Sendang Pancuran s. Sendang Pancuran mulai dikenal sejak Empu Supo (murid Sunan Kalijaga) singgah di kampung Pancur Suwang (Rt 35/07) untuk menempa senjata tentara Demak ketika terjadi geger perebutan tahta Kerajaan Demak pada tahun 1549 M. sebagai nama tempat berwudlu setiap Empu  Supo akan menempa keris, dan tempat istirahat tentara Demak, menurut Raden….. yang mendapat mandat dari….
Sebagai penguasa untuk wilayah Jepara, Demak, Kudus, dan Pati. Mendapat tugas untuk mencari Sendang Pengasihan, setelah mengadakan penelusuran Sendang Pancuran inilah yang dimaksud dengan Sendang Pengasihan. Di Sendang ini Empu Supo bersuci dan bersujud, Sendang tersebut juga menjadi tempat istirahat tentara Demak  dan LEMAH DUWUR (sebelah Sendang) dijadikan sebagai tempat untuk menempa senjata Dari sinilah nama Pancoran kemudian menjadi nama Desa Pancur. Untuk menjaga tentara dan warga dari serangan musuh, jalan menuju Sendang diberi Azimat agar musuh menjadi luluh, tempat tersebut terkenal dengan  nama Kali wuluh, kemudian di utara Kali wuluh (perbatasan antara desa Raguklampitan dengan Pancur) di beri Azimat oleh Empu Supo untuk menangkal musuh, tempat tersebut diberi nama Kali Panean dari kata mani’ dalam bahasa arab artinya mencegah/menangkal.
Dalam lintasan sejarah, desa Pancur telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Menurut penuturan warga, kampong (baca: desa) ini dulunya termasuk desa yang kramat dan setiap orang yang tinggal selalu meninggal, akhirnya Syekh Subakir  mengutus  Mbah Ronggo Jiwo disertai dengan Nyai Ratu Gondo Sari dan Nyai Ratu Dewi Seruni Mbah Ronggo Jiwo dimakamkan di Makamdo’a,  Dewi Ayu  Seruni dimakamkan di Kali Totok dan Nyai Ratu Gondo Sari  dimakamkan di Kedung Gambir.
Dalam lintasan perjalanan  menuju kampong Pancur, bagi orang yang tidak baik akan luluh dan di tangkal di Kali Panean, dalam perjalanan spiritual menuju hidup yang lebih baik jiwa harus ditotokke (dengan cara bertaubat) dalam perjalanan spiritual berikutnya  ke Makam Do’a orang harus senantiyasa berdzikir, berdo’a dan senantiyasa berharap kepada Allah SWT, perjalanan berikutnya  menuju Kedung Gambir, Kedung Gambir sendiri mengandung filosofi “orang kalau ingin kaya, alim harus gambir/pahit atau prihatin, riyadloh dulu”.  Dalam menuju kebersihan jiwa/hati bersuci di Sendang (tabarrukan di petilasan Empu Supo) untuk menyinarkan energy positif dan menyirnakan energi negative (tahalli, takholli, tajalli) dalam perjalanan berikutnya proses penghambaan dengan Sholat dan kholwat di Masjid Wali Kenduren. Masjid tersebut adalah Masjid Pertama peninggalan Eyang Merto dan Syekh Baladah atau Syekh Baghdad dari Demak ( kerabat dari Ki Ageng Selo/Moyangnya Raja-Raja Mataram). Dengan Masjid tersebut adalah (tunggak Jati Pancur) diharapkan sebagai kegiatan untuk mensyiarkan Agama Islam di Kampung Pancur. Nama kenduren di ambil dari nama desa di Demak tempat tinggalnya Mbah Kedah (kerabat dari Syekh Baladah) yang pernah singgah di Pancur dalam pencarian kerabatnya (Syekh Baladah) dan diberi tanah di kampong Pancur yang diberi nama tanah Kenduren yang dijadikan sebagai tempat untuk Masjid. Di kenduren sendiri ada tanah yang diberi nama tanah Pancur. Dari sinilah awal persaudaraan antara  warga Pancur dengan warga Kenduren, Mbah Kedah juga diberi Bende (gong kecil) peninggalan Mbah Ronggo Jiwo yang ada di Kedung Gambir, bende ini setiap musim kemarau panjang dipinjam warga Pancur untuk upacara ADUS CENDOL di daerah kali Randobango Pancur, agar pada musim kemarau diberi hujan. Dalam perjalanan spiritual berikutnya adalah mengingat bahwa hanya kepada Allah tempat kita mohon perlindungan, pertolongan dan tempat kembali, berziarah ke Makam Syekh Baladah Kalisawah, Makam Pakis Adji Mbah Abdul Ghoni, Makam Mbah Eyang Merto dan Mbah KH. Hasan Kafrawi. Mbah Hasan Kafrawi adalah keturunan dari Sultan Banten dan Pateh Cerbon, yang meneruskan perjuangan Mbah Syeh Baladah dan Eyang Merto, dalam perjuangannya Mbah Hasanb Kafrawi (tabarrukan pucak masjid wali kenduren) untuk dijadikan sebagai pucak Masjid di Tamansari.
hal ini dikuatkan oleh hasil riyadloh Mbah H. Muhadi bahwa kelima tokoh tersebut adalah akal bakal Desa Pancur. Menurut Ky. Masyudi Syekh Baladah, Eyang Merto, dan Empu Supo adalah utusan Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pancur. Syekh Baladah sebagai Imam Masjid Wali, Eyang Merto sebagai muadzin, dan Empu Supo sebagai keamanan.
 2.1.2. Demografi
Berdasar letak geografis wilayah, desa Pancur berada di sebelah Timur Ibu kota Kabupaten Jepara.  Desa Pancur merupakan salah satu desa di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibu kota Kecamatan  12 Km, dan ke Ibu Kota Kabupaten 20 Km/mil laut, dan dapat ditempuh dengan kendaraan ± 30 menit. Desa ini berbatasan dengan Desa Raguklampitan dan Desa Rajekwesi di sebelah barat, disebelah utara berbatasan dengan Desa Sumosari sebelah selatan dengan Desa Datar dan Desa Ngroto dan di sebelah timur dengan Desa Bungu dan Desa Bandung. Luas wilayah daratan Desa  Pancur adalah  1088 Ha (10,88 Km2). Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain.
Secara Administratif wilayah Desa Pancur terdiri dari 56 RT, dan 11 RW, meliput 5 dukuh (peta desa terlampir)
Secara Topografi, Desa Pancur dapat dibagi dalam 2 wilayah, yaitu wilayah, wilayah daratan rendah di bagian Selatan, wilayah dataran tinggi di bagian Utara.
Dengan kondisi topografi demikian, Desa Pancur memiliki variasi ketinggian antara 735 m sampai dengan 746 m dari permukaan laut. Daerah terendah adalah di wilayah RT 01 samapai RT 12, RW 01 sampai RW 02, dan daerah yang tertinggi adalah di wilayah RT 24 samapai RT 56 RW 06 sampai RW 11 yang merupakan daerah perbukitan.
Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, berjumlah 11.364 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 11.562 di tahun 2012 dan pada tahun 2013 naik menjadi 11.625 dan pada awal Tahun 2014 meningkat menjadi 11.643 jiwa Dengan rincian penduduk berjenis kelamin Laki-laki  berjumlah 5.543 jiwa di Tahun 2011, meningkat menjadi 5.621 jiwa ditahun 2012, meningkat menjadi 5.663 jiwa  ditahun 2013, dan meningkat menjadi 5.668 jiwa di awal tahun 2014. sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 5.821 jiwa ditahun 2011, meningkat menjadi 5.941 jiwa ditahun 2012, pada tahun 2013 meningkat  menjadi 5.962 jiwa dan pada awal tahun 2014 meningkat menjadi 5.975 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 01 dibawah ini.

Sumber : http://pancur.desa.id/profil/sejarah

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Saturday, October 20, 2018

Masih SD tapi Suaranya tidak mau kalah sama Rita Sugiarto

 Admin     October 20, 2018     Zainatul Hayat     No comments   

Ini adalah nama aslinya
Zainatul Hayat adalah siswi SDN 5 Tanjung Kamal, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo. Ia menyanyikan lagu dangdut milik Rita Sugirato berjudul "Oleh-Oleh" dengan menggunakan seragam sekolah. Diduga ia menyanyikan lagu itu saat berada di sekolah.

Dari pengakuan kedua orang tuanya, suara emas Zainatul Hayat sudah tampak sejak masih kecil. Dia pernah mengikuti kontes nasional di televesi Nasional yakni KDI dan Bintang Pantura.
"Dia pernah Ikut kontes di TV tidak memenuhi syarat. Kendala utamanya karena umur masih anak-anak," cerita Zainul, tetangga orang tua Zainatul Hayat
Dalam vedio yang sudah viral di media sosial, berdurasi tujuh menit. Warganet banyak yang berharap, suara emas Zainatul Hayat terus dijaga dan menjadi nilai seni level nasional.
Apalagi, ia masih siswa SD. sangat potensi jika terus dikembangkan. "Suaranya memang luar biasa," komentar salah satu warganet.
Salah satu warganet menulis status:
Anak SD Bersuara Emas...
Masih SD, siswa ini menyanyikan lagu dangdut Rita Sugiarto yang begitu merdu dan memiliki cengkok khas dangdut. Adik Zainatul Hayat, siswa SDN 5 Tanjung Kamal Kecamatan Mangaran keren abis...bantu viralkan biar bakarnya bisa tersalurkan.
Putra daerah Situbondo
Ini link videonya 
https://youtu.be/oZPt7EYnQTU

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Saturday, October 13, 2018

Desa Bungu

 Admin     October 13, 2018     No comments   


Desa BUNGU


Desa Bungu, 400-700 m di atas permukaan laut, merupakan salah satu desa di lereng selatan Gunung Muria. Bungu berada di bawah administrasi Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.
Bungu terdiri dari 12 dukuh, Krajan (pusat administrasi), Tumut, Gondang, Sekutut, Beto, Nganjir, Gerit, Segrobog, Pagir, Benjaran, Beji dan Gendon. Ada 2.839 jiwa yang tinggal di Bungu dibagi menjadi 20 Rukun Tetangga. 53% dari penduduk Desa Bungu adalah petani, 36% adalah buruh tani dan 11% adalah buruh industri.
Peran penting dari Bungu di daerah ini sebagai daerah tangkapan air irigasi untuk lebih dari 4.000 ha lahan pertanian di Mayong, Nalumsari, Batealet dan Kalinyamatan Kecamatan. Bungu juga merupakan sumber air minum bagi masyarakat di Bategede, Sumosari, Pancur dan Klampitan.
Bungu mencakup area 631,335 Ha. 63% adalah lahan pertanian, 24% adalah daerah perumahan dan 13% adalah kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani. Produk pertanian utama berupa padi, singkong, kacang tanah, jagung, tebu, kopi, buah-buahan (pisang, rambutan, mangga, durian, jeruk dan kelapa). Produk-produk pertanian tersebut dikonsumsi oleh masyarakat lokal di daerah Jepara, terutama di Kecamatan Mayong, Kecamatan Pecangaan, Kecamatan Nalumsari, Kecamatan Batealet, Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan Welahan. Petani di Bungu juga menanam pohon di tanah mereka sendiri digunakan sebagai bahan furniture, bahan bangunan dan kayu lapis material. Pohon-pohon petani menanam yang Albizia falcataria, kayu jati, mahoni dan kapuk.


Berada di pelosok desa, jauh dari kota dan ibu kota pemerintahan, tentu menjadi persoalan bagi warga setempat. Dari mulai perekonomian sampai infrastruktur yang ada kalanya kurang memadai. Hal tersebut mungkin bisa dirasakan di Desa Bungu Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan kawasan pegunungan yang berada di sebelah utara Kecamatan Mayong paling ujung. Desa Bungu berbatasan langsung dengan Desa Pancur (sebelah barat) dan Desa Bategede (sebelah selatan). Hanya jalan dari kedua desa itu yang menjadi akses utama jalur perekonomian Desa Bungu. Jika jalan dari keduanya tertutup seperti ada longsor dan sebagainya, maka perekonomian Desa Bungu lumpuh total. Sedangkan arah utara dan timur berbatasan langsung dengan gunung, tebing-tebing dan semak belukar.

Terkait jalan, bisa dikatakan rusak parah dan perbaikan jalan hanya sebatas menambal yang berlubang. Pada tahun ini, jalan utama Desa Bungu bagian perbatasan dengan Desa Pancur baru tahap renovasi. Sedangkan yang perbatasan dengan Desa Bategede rusak. Paling parah bisa dilihat di Kampung Gendon dan Gondang yang selalu dilewati truk pengangkut batu. Kedua kampung itu merupakan jalur utama masuk keluar kendaraan. Sama halnya juga jalur menuju ke Kampung Nganjir pun sudah rusak. Padahal baru diperbaiki dan diresmikan oleh kepala desa dan Camat Mayong. Ditambah akses jalan yang naik turun, membuat masyarakat dan saya sendiri pun malas untuk melewatinya.
Awal tahun 2014 lalu, semenjak kejadian longsor menerpa, kondisi jalan kedua kampung semakin parah hingga sekarang. Sangking rusaknya, bebatuan yang tadinya tertutup aspal terlihat lancip dan kadang membuat ban bocor. Kubangan air pun banyak ditemui saat musim hujan tiba. Di kala musim kemarau, debu-debu saling berhamburan membuat mata, hidung dan mulut harus dijaga. Setiap tahun warga sekitar selalu seperti itu.
Kecelakaan sering terjadi saat warga dari desa lain berkunjung ke Desa Bungu melewati jalur Kampung Gendon. Biasanya mereka ingin bertemu kerabat atau sekedar menghadiri hajatan. Pernah ada kejadian, saat mereka menghadiri hajatan, mereka tidak bisa mengendalikan motor karena harus memilah-milah jalan yang bagus. Tetapi keseimbangannya hilang, lalu terjatuh dan tangannya tergilir. Hal yang sama juga dirasakan warga lain yang melintasi jalan tersebut.
Isu tentang perbaikan jalan dengan beton sudah lama bergulir dan pertama saya mendengarnya pada tahun 2014. Berbagai pihak perangkat desa mengatakan bahwa perbaikan jalan akan dilakukan pada bulan dan tahun ini. Tetapi belum jelas kapan akan terealisasi. Begitu seterusnya sampai saya bosan mendengarnya.
Masyarakat sekitar sebenarnya sudah lama mengidamkan jalan yang mulus dan bagus alias aspal goreng. Sehingga roda perekonomian mereka dapat efisien dan efektif. Disamping itu, keselamatan pengendara motor dan mobil juga yang paling diutamakan. Namun, keinginan mereka tidak diimbangi dengan kesadaran menjaga lingkungan. Mengapa demikian?. Ada beberapa titik tanah di Desa Bungu yang dijadikan area pertambangan batu sebagai tempat mencari nafkah oleh warga sekitar. Yaitu dengan bekerja sebagai buruh batu. Selain mereka, juga ada masyarakat dari desa lain yang bekerja disitu. Kebutuhan ekonomi mungkin menjadi penyebab mereka melakukan pekerjaan berat tersebut.
Mereka mengambil batu dari yang punya tanah dan diangkut dengan truk atau orang setempat menyebutnya dam. Truk tersebut setiap hari melewati jalan utama desa. Muatan truk yang berat membuat kondisi jalan tambah rusak. Jika terus seperti itu, maka dambaan jalan mulus hanya sebatas angan-angan.
Pendidikan agama atau ceramah agama di Desa Bungu hanya membahas tentang ritual dan aklak semata. Seharusnya agama juga menyinggung masalah alam dan cara menjaganya. Agama sebagai obat rohani mungkin bisa mempengaruhi warga sekitar untuk lebih ramah kepada alam. Karang taruna desa yang berisi pemuda pun belum terlihat kerjanya. Padahal, biasanya pemuda memiliki segudang pemikiran kreatif untuk memberdayakan warga sekitar. 
Pemerintah Desa seharusnya bekerja sama dengan waga sekitar, bermusyawarah menemukan solusi untuk masalah ini. Saran saya, manfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) lokal yang bisa digunakan guna memberdayakan warga sekitar. Seperti pertanian dan perkebunan yang unggul mungkin bisa jadi harapan. Pasalnya hamparan sawah dan tanah yang subur banyak ditemukan di desa ini. Destinasi tempat wisata alam juga dapat menopang perekomian Desa Bungu. Disini banyak wisata seperti Air Terjun Suroloyo dang Nganjok. Warga sekitar dapat berjualan disitu. Tetapi lagi-lagi, banyak pengunjung yang mengeluhkan tentang akses jalan. Jalan memang pokok pertama guna membuka kesejahteraan rakyat. Tanpa jalan yang baik, perekonomian akan sulit berkembang.
Setelah beberapa potensi digali dan dimanfaatkan oleh warga sekitar, hasil dana yang didapat diatur Pemdes setempat digunakan untuk memperbaiki jalan. Disamping itu, warga yang tadinya berprofesi sebagai buruh batu akan beralih pekerjaan dan akan fokus mengembangkan potensi daerahnya. Itulah awal desa disebut mandiri. Mandiri dalam berpikir dan ekonomi kerakyatan sejahtera. Semoga.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sejarah Desa Mayong Lor

 Admin     October 13, 2018     No comments   

DESA MAYONG LOR

Sejarah Desa Mayonglor dimulai dari Roro Ayu Mas Semangkin adalah anak ke 4 Sunan Prawoto Demak dan merupakan pendiri desa Mayonglor. Semasa kecil hingga tumbuh menjadi remaja putri beliau diasuh oleh bibinya bernama Ratu Kalinyamat. Setelah menjelang dewasa kemudian menjadi”garwo selir”Panembahan Senopati / Sutowijoyo dari Kerajaan Mataram. Roro Ayu Mas Semangkin kembali ke Jepara untuk menunaikan tugas suci menumpas”pagebluk”oleh sebab dan yang diakibatkan oleh kerusuhan dan banyaknya perompakan serta perampokan di wilayah lereng Gunung Muria, khususnya yang terjadi di Wilayah Mayong. Beliau dinobatkan sebagai panglima perang didampingi oleh Lurah Tamtomo Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan. Atas keahlian, kemahiran dan ketangkasan olah kanuragan dan strategi perang Roro Ayu Mas Semangkin maka kerusuhan tersebut dapat dengan segera dipadamkan. Setelah itu Roro Ayu Mas Semangkin tidak berkenan kembali ke Mataram tetapi justru mendirikan pesanggrahan dan menetap di Desa Mayonglor hingga beliau wafat.
Pada waktu itu banyak para murid dari padepokan Roro Ayu Mas Semangkin, Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan selain berguru kepadanya juga banyak berguru ke Padepokan Datuk Singorojo yang kebetulan ahli dalam membuat ukir–ukiran dan keramik. Keahlian Datuk Singorojo ini kemudian ditularkan kepada murid–murid tetangga padepokan tersebut. Dalam waktu singkat padepokan tersebut banyak kedatangan murid untuk berguru ilmu kanuragan, keagamaan dan kerohanian dan yang terpenting adalah belajar membuat gerabah. Sejalan dengan perjalanan waktu kemudian muncul perkampungan baru bernama Undagen di desa Mayonglor yang khusus mengembangkan kerajinan gerabah, genteng, keramik dan seni ukir. Dalam perkembangan jaman maka pada tahun 1937 Belanda mendirikan Pasar Mayong yang ditujukan sebagai tempat berjualan berbagai macam barang–barang kerajinan gerabah yang digunakan untuk kepentingan rumah tangga dan berbagai macam mainan seperti manuk–manukan, gajah–gajahan, sapi–sapian, terbang–terbangan dan sebagainya. Dengan keahlian masyarakat Mayonglor dalam membuat gerabah dan teknik pembuatan keramik maka di Mayong didirikan pabrik keramik.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sejarah Desa Paren

 Admin     October 13, 2018     No comments   




Asal Usul Desa Paren  
Desa Paren, sebuah desa di kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Sesepuh desa Paren mbah Cokroaminoto. Desa Paren adalah desa perbatasan antara Mayong-Jepara. Jadi, akses penduduk desa paren lebih sering ke daerah Welahan. Kadang jika ada orang yang bertanya tentang alamat, saya akan menjawab di “Welahan”. Desa kami berbatasan dengan desa ketileng pada bagian selatan, utara dengan kuanyar, timur dengan mayong kidul, dan barat dengan kalipucang wetan. Penduduk desa Paren sebagian bekerja sebagai petani, pengrajin batu bata, pedagang, guru dll. Saya lebih suka menyebut desa Paren sebagai desa nostalgia, karena warga desa banyak juga yang merantau dan tentu saja pulang kampung hanya untuk beristirahat. Ditambah lagi, desa kami pembangunannya bisa dikatakan lambat. Jadi, dari dulu sampai sekarang tidak banyak berubah dilihat dari pembangunan infrastrukturnya (gimana nih, anak mudanya yang bertitel sarjana :-X).
Ada beberapa versi mengenai asal-usul dari nama desa Paren ini. Akan saya jabarkan satu persatu. (nara sumber Ibu Rukamah tinggal di ds. Paren, RT.05 Rw 02 (Mak saya ini hihi)).
  1. Paren (Pari)
Nama Paren sendiri dikisahkan dari kata Pari (Padi). Dulu desa Paren merupakan desa yang mempunyai banyak sawah untuk ditanami padi. Sampai sekarang pun masih dapat terlihat memang desa kami banyak sawahnya, khususnya di daerah perbatasan dengan mayong kidul dan kuanyar. Di sepanjang jalan terhampar di kanan kiri sawah yang tentunya ditanami padi. Ketika musim tanam tiba, akan banyak para petani berombongan ke sawah. Ada yang berangkat bersama jalan kaki, naik kol (mobil barang), bahkan rombongan truk. Bagian yang paling istimewa dari musim tanam ataupun panen ini adalah “bentel” (bungkusan nasi daun pisang dengan lauk gorengan tempe, pedo/ikan asin plus sambel, suedep pokokmen. Apalagi kalau makannya di sawah katanya). Seseorang yang akan pergi ke Welahan dari Mayong atau sebaliknya akan melewati jalan ini (sepanjang jalan sawah), pemandangannya luar biasa. Namun sayang, penerangannya kurang bahkan hampir tidak ada lampu. Jadi, selain terkenal karena banyak sawahnya, desa kami juga dikenal berbahaya karena banyak begal. Ada kejadian di jalan ini pernah ditemukan mayat tergeletak, ceritanya itu adalah mayat begal yang ditabrak oleh pedagang sayur dengan menggunakan mobil kol.
  1. Paren (Perang Leren)
Zaman dulu masih banyak konflik-konflik perbatasan yang terjadi. Bahkan tapal batas tanah jangan sampai dipindah-pindah atau nanti akan terjadi peperangan antar desa. Jadi, dulu setiap perbatasan desa ada yang aneh, tumbuhan dari desa sebelah tidak akan merambat ke desa yang lain. Kesaktian orang-orang zaman dahulu pun tidak diragukan, hanya dengan komat kamit atau didoakan saja musuh bisa klepek-klepek.
Dikisahkan zaman dahulu masih sering terjadi perang, baik antar masyarakat sendiri atau berhubungan dengan penjajah. Pokoknya kalau perang itu sampai di desa Paren, tiba-tiba saja tidak jadi. Memang ada ceritanya sendiri, dikisahkan oleh Ibu Rukamah, waktu itu ada konflik yang terjadi (lupa konfliknya siapa saja, besok tak tanya lagi J), nah perang itu akhirnya sampai di desa Paren, tapi tidak jadi perangnya, entah karena apa.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sejarah Desa Singorojo

 Admin     October 13, 2018     No comments   

ASAL USUL DESA SINGO ROJO

Disini saya akan menceritakan tentang pendiri desa singorojo kecamatan mayong kabupaten jepara. Yang mana ceritanya sebagai berikut:

 Pada tahun sekitar 1600  di  singaraja  bali terdapat  kerajaan  singaraja. Rajanya bernama ida gusnanda. Ida gusnanda mempunyai  2 orang  anak, anak pertama di beri nama ida gusnadi dan anak kedua bernama ida gusnanti. Dikerajaan itu masih memeluk agama hindu.
Suatu saat terjadi perselisihan antara ida gurnadi dengan ayahnya ida gusnanda karena masalah orang yang telah meninggal. Hal ini di tentang oleh ida gurnadi Sehingga Ida gurnadi diusir dari kerajaan singaraja.Ida gurnadi pergi bersama adiknya ida gurnanti dan temannya rogas dengan mengendarai gentong besar yang berisikan biji aren dan biji jati.Setelah beberapa hari terkatung-katung dilaut ida gurnadi melihat ada segerombolan tumbuh”an  dan gentong itupun di arahkan ketempat itu. Ternyata segerombolan tumbuh”an tersebut adalah pohon asam. Pohon asam itu terlihat dari jauh lamat-lamat. Lalu tempat itu kalau menjadi kota akan diberi nama desa semat (uwet asem lamat”).
Setelah beberapa hari di desa semat ida gurnadi dan keduateman mendengar berita kalau di demak ada seorang wali yang tersohor yang bernama sunan kalijaga. Lalu ida gurnadi bergegas menuju kedemak untuk berguru dengan sunan kalijaga.
 Setelah semua ilmu dari sunan kalijaga diwariskan ke ida gurnadi. Ida gurnadi pun diberi mandap untuk menyebarkan agama islam dari demak ke utara Dengan didampingi adik dan temannya ida gurnadi juga dipasrahi untuk merawat dan mengajari anak sunan kalijaga yang bernama suwut dan sujud. Ditengah perjalanan ida gurnadi beristirahat disebuah hutan yang masih lebat sekali. Dan ditengah hutan ada kerajaan jin yang rajanya bernama rajasa. Hutan tesebut sangat gawat sekali orang-orang menyebutnya hutan itu janmo moro janmo mati. Pada waktu beristirahat dihutan tersebut semua jin” yang ada dihutan merasa kepanasan karena sawap dari ida gurnadi. sehingga rajasa marah dan menantang ida gurnadi untuk perang.
setelah beberapa hari perang akhirnya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Sehingga  idan gurnadi dan rajasa membuat kesepakatan untuk perang junjung. Dalam perang junjung sang jin tersebut tidak mampu mengangkat ida gurnadi. Merasa tidak kuat untuk mengangkat ida gurnadi si raja jin tersebut menyuruh ida gurnadi untuk bergantian mengangkat  raja jin tersebut.Dan akhirnya ida gurnadi mampu mengangkat raja jin tersebut dan mau membantingnya. Pada saat ida gurnadi mau membanting raja jin tersebut meminta ampun supaya jangan dibanting. Akhirnya  raja jin tersebut ingin menjadi murid dari ida gurnadi. Setelah raja jin tersebut menjadi murid dari ida gurnadi, tepatnya pada bulan pada malam jum’at wage alas tersebut di babat ida gurnadi dan 4 orang temannya dibantu oleh jin membabat habis hutan dan memberi nama hutan tersebut dengan desa singorojo. setelah membabat hutan dan memberi nama desa singorojo ida gurnadi mendirikan pesantren. Pesantrennya tersohor sampai ke kerajaan mataram.
Sutowijoyo raja mataram mempunyai salah satu istri yang bernama ibu kanjeng mas semangkin. bertahun-tahun menikah mereka tidak dikaruniai seorang anak.. Mendengar di singorojo ada kyai tersohor. Sutowijaya membawa istrinya ketempat ida gurnadi untuk dimintakan supaya istrinya bisa hamil. Setelah berbulan-bulan tinggal dipesantren akhirnya ibu kanjeng mas semangkin hamil. Mendengar bumas hamil sutowijoyo memberi gelar kepada ida gurnadi dengan sebutan datuk. Lama-kelamaan sutowijoyo curiga mengapa istrinya bisa hamil padahal beberapa bulan sutowijoyo tidak pernah bersamanya  bu mas akhirnya di usir dari kerjaan mataram. Setelah pergi dar kerajaan mataram bu mas menetap di singorojo. Setelah 9 bulan 10 hari ibu mas akhirnya mempunyai 2 anak kembar yang di beri nama syarip dan srokol. Mbah datuk gurnadi mengangkat syarip dan srokol menjadi anak angkatnya.
Mbah datuk gurnadi disukai oleh seorang gadis yang bernama jatisari tapi mbah datuk gurnadi tidak suka padanya sehingga jatisari menikah dengan rogas sahabat ida gurnadi dan rogas pun tinggal disuatu daerah yang diberi nama desa jatisari. Sementara itu Ida gurnanti dinikahi oleh raja hadiwijaya (raja demak).
 Pada suatu hari rogas berkunjung ke pesantren mbah datuk gurnadi. Rogas memberi saran kepada mbah datuk gurnadi untuk menikahi ibu mas semangkin. Mbah datuk pun setuju dengan saran rogas. Saat mau melamar ibu mas semangkin, ibu mas semangkin meminta 3 persyaratan yaitu menyuruh mbah datuk untuk mengambil kethek putih, ikan kakap, dan lele yang ada di sekitar laut kidul. Mbah datuk gurnadi menyuruh Rajasa(raja jin) untuk mencari kethek putih, suwud untuk mencari ikan kakap dan sujud untuk mencari ikan lele.tapi hanya rajasa dan sujud yang mampu mencarikan khetek putih dan lele untuk diserahkan kepada mbah datuk,sementara itu suwud yang sudah menemukan ikan kakap tapi ikan kakap tersebut berubah menjadi putri yang sangat cantik sehingga suwut tertarik dan menikahinya. Rajasa dan sujud pun sudah sampai di pesantren dan menyerahkan kethek putih dan lele. Tak lama kemudiah mbah datuk menanyakan dimana suwud…? Rajasa dan sujud pun disuruh mencari suwud. Setelah bertemu dan mengajak suwud untuk pulang suwud pun tidak diperbolehkan putri kakap untuk pulang. Rajasa dan sujud akhirnya berperang dengan putri kakap dan akhirnya putri kakap tewas lalu suwud diajak pulang. Ditengah perjalanan rajasa dan teman” melihat sebuah kali yang sangat bersih airnya dan mereka pun akhirnya istirahat sebentar. Pada saat rajasa sedang membasuh mukanya dikali tiba-tiba rajasa berubah menjadi anjing yang kemudian mbah datuk menyebutnya sebagai asu gaong yang mana anjing tersebut akan memberi pertanda apabila akan terjadi hal-hal yang buruk. Sesampainya suwud dan teman”nya di pesantren suwud pun ditanya  mbah datuk tentang ikan kakapnya. Dan suwudpun menjawab dengan apa yang telah di lakukannya. Mbah datuk gurnadi pun akhirnya tidak jadi menikah dengan ibu mas semangkin karna kurangnya syarat yang harus dipenuhi mbah datuk. Mbah datuk gurnadi dikisahkan dalam tembang jawa. Dan ditulis di buku yang berjudul “babat singorojo’’

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Newer Posts Older Posts Home

Popular Posts

  • Asal Usul Desa Mayong Kidul
    Asal - Usul Desa Mayong Kidul Asal –usul Desa Mayong bermula dari cerita Ratu Kalinyamat dan suaminya yang pergi ke kudus menemui Sunan K...
  • Sejarah Desa Tigajuru
    Sejarah Desa Tigajuru Tigajuru merupakan salah satu diwilayah Kerajaan Kalinyamat pada waktu itu. Dipimpin oleh seorang ratu bernama Ra...
  • Asal Usul Desa Kuanyar
    Asal Usul Desa Kuanyar Hubungan peristiwa ini dengan asal muasal Desa Kuanyar adalah, bahwa pada saat itu Ratu Kalinyamat mempunyai pen...

Recent Posts

Ads 728x90

Categories

  • Demo
  • Dokter
  • Mayong
  • Pelajar
  • Sejarah Jepara
  • SMK Mayong
  • Zainatul Hayat

Unordered List

3/Beach/post-list

Pages

  • Home

Iklan

Blog Archive

  • February 2021 (2)
  • January 2021 (1)
  • April 2020 (3)
  • March 2020 (1)
  • February 2020 (1)
  • January 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • August 2019 (1)
  • July 2019 (3)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (13)
  • April 2019 (6)
  • March 2019 (9)
  • February 2019 (7)
  • January 2019 (6)
  • December 2018 (12)
  • November 2018 (16)
  • October 2018 (15)

Sample Text

Untuk Informasi berita dan juga info terupdate dari Mayong bisa kontak Admin

Tel: +01 19 9876-54321

Email: info@mayong.com

Copyright © Info Seputar Mayong Jepara | Powered by Admin
Design by Info Mayong | Theme by SMKNet.id | Distributed By SMKNet Templates